Kinerja yang baik adalah kinerja yang mengikuti tata cara atau prosedur
sesuai standar yang telah ditetapkan. Akan tetapi didalam kinerja
tersebut harus memiliki beberapa kriteria agar meningkatkan
produktifitas sehingga apa yang diharapkan bisa berjalan sesuai apa yang
di inginkan.
Untuk meningkatkan kinerja yang baik harus introspeksi diri demi
tercapainya kinerja yang lebih baik kedepannya, bekerja sesuai posisi,
porsi, dan jobnya masing-masing.
Namun demikian hal tersebut tidaklah semudah membalikan telapak tangan
tetapi mesti ada peran langsung ke ikut sertaan manajemen untuk bisa
mengontrol dan memberikan teknik cara agar bagaimana bisa terjaminnya
mutu dan kualitas sehingga karyawan bisa dengan mudah bekerja tanpa ada
rasa terbebenani dan hubungan antara pihak manajemen dengan bawahan
semakin kuat.
Tanpa disadari mungkin di setiap kantor/tempat kerja ada pihak yang mau
menang dan benar sendiri, akan tetapi pihak manajemen juga tidak bisa
menyalahi bawahannya. Untuk itulah pihak manajemen terkait mesti turun
langsung kelapangan agar bisa melihat bagaimana menciptakan teknik yang
baik serta meningkatkan loyalitas karyawan terhadap kantor dan
pekerjaannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan. Menurut Gilmer ada beberapa hal yang mempengaruhi kepuasan kinerja:
1. Kesempatan untuk maju
2. Keamanan kerja
3. Gaji
4. Perusahaan dan manajemen
5. Faktor intrinsik dan pekerjaan
6. Kondisi kerja
7. Aspek social dalam pekerjaan
8. Komunikasi dan
9. Fasilitas
Sedangkan Heidjrachman dan Husnan juga mengemukakan hal yang hampir
sama, bahwa beberapa faktor di bawah ini adalah kebutuhan dan keinginan
pegawai:
1. gaji yang baik
2. pekerjaan yang aman
3. rekan sekerja yang kompak
4. penghargaan terhadap pekerjaan
5. pekerjaan yang berarti
6. kesempatan untuk maju
7. pimpinan yang adil dan bijaksana
8. pengarahan dan perintah yang wajar
9. organisasi atau tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat
Menurut Loeke (dalam Sule, 2002: 211), kepuasan atau ketidakpuasan
karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Apabila
yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan
menyebabkan karyawan tidak puas. Begitu juga sebaliknya, apabila yang
didapat karyawan lebih tinggi dari pada yang diharapkan, secara otomatis
akan meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Disamping itu ada beberapa
hal yang mesti dijadikan pondasi bagi setiap manajemen untuk bisa
menciptakan kinerja yang maksimal diantaranya :
1. Pimpinan harus mengetahui betul bagaimana teknik pengerjaan
2. Pimpinan harus mengetahui betul bagaimana kendala-kendala yang dihadapi
3. Pimpinan harus turun langsung kelapangan,tujuannya agar menciptakan hubungan baik antar manajemen dengan karyawan
4. Pimpinan harus bisa memahami bagaimana tingkat kesulitan dari setiap proses
5. Pimpinan harus bisa menemukan teknik agar produktivitas bisa berjalan dengan baik
Ada pun juga sikap yang harus diambil dalam setiap manajemen Johan, R. (2002) :
1. Siap
2. Siaga
3. Cepat
4. Tanggap
5. Laksanakan
Itulah yang bisa meningkatkan bagaimana efektifitas waktu yang akan
ditempuh dalam satu hari bekerja sehingga meningkatkan mutu efisiensi
waktu dalam bekerja dan manajemen harus bisa menciptakan metode bekerja
dengan baik dan bawahan merasa nyaman dalam metode yang ditemukan
tersebut.Tidak dapat dipungkiri jika salah saja metode pada pihak
manajemen maka akan berdampak pada kinerja bawahan sehingga bawahan akan
trus selalu mengikuti metode yang telah diberikan oleh atasan.
Suryabrata, S. (2002)
Jika suatu atasan menginginkan produktivitas meningkat maka pikah
manajemen terkait mesti melakukan adanya perombakan sistem metode
kerja,karyawan akan puas dalam bekerja tanpa adanya tekanan yang
berdampak pada pisikologis bagi karyawan. Hal demikian akan terjalin
hubungan antara manajemen dengan karyawan. Ada beberapa point penting
yang perlu kita ingat dalam upaya menciptakan suasana kerja yang
kondusif. Dibawah ini ada 5 kunci dasar dalam mendongkrak kinerja. ;
1. Kekhususan
Karyawan membutuhkan spesifikasi. Informasi spesifik secara lengkap
dengan tata cara pelaksanaan yang baik dan terarah sangat membantu
stabilitas kinerja, sekaligus memperbaiki kekurangan. Manajer tak perlu
sibuk memandori dan karyawan tahu keinginan kantor/tempat kerja, ini
menunjang kreativitas. Hal ini bisa dicapai dengan manajemen Job
Description (pembagian bidang kerja, tugas pokok dan fungsi, kewenangan,
dll) yang baik. Point ini dapat pula diwujudkan dengan penempatan orang
yang tepat pada posisi/jabatan yang sesuai bidang keahliannya (right
man in the right job) .
2. Konsistensi
Informasi sebaiknya tidak saling bertentangan. Misalnya penilaian
berkala baik, tapi penilaian tahunan buruk. Inkonsistensi yang seperti
ini dapat meresahkan dan menganggu kinerja. Pada point ini sistem
monitoring dan evaluasi kantor/tempat kerja harus mempunyai arah
capaian/standart kinerja dan target yang jelas. Hal ini akan mempermudah
kantor/tempat kerja dalam melihat perkembangan kemajuan yang telah
dicapai dan data laporan yang akurat. Sehingga dapat menjadi acuan dalam
pengambilan keputusan dan kebijakan yang baik.
3. Waktu yang tepat
Umpan balik sebaiknya segera diberikan, agar karyawan termotivasi
memperbaiki. Kalau kelamaan ada keengganan mengevaluasi. Mereka
terlanjur merasa benar dan akan sangat terpukul jika dapat nilai rapor
jelek.
4. Komunikasi yang efektif
Pimpinan dalam level manapun harus mampu menciptakan komunikasi efektif
untuk menumbuhkan persamaan persepsi dengan karyawan. Jika
pernyataan/instruksi manajer tidak dimengerti atau diterima
sepotong-sepotong, sasaran tak akan tercapai. Komunikasi efektif sangat
berperan vital dalam penciptaan suasana kerja yang sehat. Instruksi
atasan yang jelas dan benar harus dapat dipahami oleh karyawan. Pada
saat terdapat masalah, harus secepatnya diselesaikan. Bila terdapat
unsur-unsur konflik baik vertikal (manajer–karyawan) maupun horizontal
(sesama karyawan) dalam suatu kantor/tempat kerja dibiarkan berlarut,
sangat berpotensi mengganggu stabilitas iklim kerja.
5. Niat baik dan kerjasama
Pimpinan perlu menunjukkan niat baik dan kerjasama. Umpan balik yang
hanya bertujuan menjatuhkan atau mempermalukan karyawan tak akan mampu
menciptakan kondisi kerja yang sehat. Karyawan yang ikut memberikan ide
dalam menetapkan sasaran atau standar kinerja, berarti telah
mengemukakan kehendak dan kebutuhannya. Karyawan tersebut akan berusaha
mencapainya, karena dia tahu apa yang dia mau.
Dengan 5 point dasar diatas, sangat jelas pola yang diciptakan merupakan
hasil dari hubungan interaksi manajer/atasan dan karyawan/bawahan.
Meningkatkan kinerja karyawan tentunya membawa suatu kantor/tempat kerja
dapat lebih cepat mencapai tujuan yang dinginkan.
Kesimpulannya adalah dalam menciptakan metode bekerja yang baik yaitu
bagaimana bisa menciptakan hubungan antar manajemen dan bawahan secara
baik.
*Tulisan ini disadur dari pidato Upacara Rektor Institut Agama Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifudin, Jambi. tanggal 17 Januari 2012.